Selasa, 27 Desember 2011

Banyak Guru Belum Pandai Mengajar

21 Dec 2011 | 0
Banyak Guru Belum Pandai Mengajar
JAKARTA - Peningkatan kemampuan guru yang dilakukan pemerintah, belum mampu menaikkan kemampuan mengajar pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Buktinya, masih ditemukan banyak guru yang belum pandai mengajar. Akibatnya, siswa kesulitan menerima materi.

Demikian diungkapkan Ketua Dewan Pembina Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Fasli Jalal di Jakarta kemarin (20/12). "Masih banyak guru yang belum pantas jadi guru sehingga kalau memang tidak lulus uji, perlu dicarikan profesi lain bagi mereka agar tidak mengganggu proses pendidikan," ujar Fasli.

Mantan wakil menteri Pendidikan Nasional tersebut menjelaskan, untuk memisahkan guru yang bagus dan tidak, sangat sulit. Salah satu caranya, pemisahan saat guru mengikuti pendidikan di Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Dijelaskan Fasli, sertifikasi guru tidak menjamin bahwa kualitas orang yang memilikinya akan meningkat. Untuk itu perlu ada jaminan pelatihan guru profesi. "Salah satu meningkatkan profesionalisme adalah membuat karya tulis. Tulisan ilmiah tersebut pada akhirnya akan menjadi ajang tawar bagi guru tersebut untuk dapat menaikkan pangkatnya," katanya.

Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Hamid Muhammad menambahkan, Kemendikbud memang akan mensinergikan penulisan guru ini dengan program yang ada di Kemendikbud. Pasalnya saat ini di Ditjen Dikmen, Pendidikan Dasar (Dikdas) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ada pelatihan karya tulis bagi guru yang mau meraih status golongan PNS 4A ke 4B.

"Ini yang akan kita latih dan akan disinkronkan dengan pelatihan yang dibuat Agupena," terang Hamid.

Menurut Hamid, selain menaikkan pangkat, karya tulis akan menjadikan profesi guru tersebut menjadi penulis buku. Kemendikbud juga akan meningkatkan jumlahnya pada lomba karya tulis yang digelar setiap 17 Agustus. (cdl)

Penelitian Bisa Naikkan Jabatan Guru

Penelitian Bisa Naikkan Jabatan Guru

JAKARTA - Para guru disarankan untuk membuat karya tulis agar kenaikan jabatan dapat diraih secepat mungkin. Sayangnya masih sedikit sekali guru yang melakukan penelitian.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Fasli Jalal mengatakan saat ini ada 3,5 juta guru yang berada di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Kementerian Agama (Kemenag). Dia menyarankan, untuk mengembangkan profesionalisme guru, sebaiknya para guru membuat karya tulis yang dapat dikembangkan menjadi tulisan ilmiah.

�Sekarang ini (pangkat) mereka berhenti di golongan IIID dan IVA dan jumlahnya mencapai ratusan ribu. Bayangkan, itu bisa terjadi karena mereka tidak berani atau tidak mampu menulis karya ilmiah.Padahal,bisa saja mereka menulis dengan melihat perkembangan murid, rajin mencatat dan menjadi penelitian di tingkat kelas dan akhirnya diseriusi menjadi tulisan ilmiah,dan ini perlu bagi mereka untuk naik pangkat,� katanya dalam penyerahan hadiah kepada guru pemenang Lomba Penulis Artikel Ilmiah, di Jakarta kemarin.

Mantan Wamendikbud ini menyatakan,agar dapat memisahkan guru yang profesional dan tidak maka pemerintah harus menyaringnya pada Program Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebab masih banyak guru yang belum pantas jadi guru meski mereka mengikuti sertifikasi. �Untuk itu perlu ada jaminan pelatihan guru profesi, apakah PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru)-nya baik, sehingga 90 jam pelatihan itu betul-betul menghasilkan kompetensi yang baru bagi guru,� ungkap Fasli.

Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kemendikbud Hamid Muhammad menambahkan, pihaknya memang akan menyinergikan penulisan guru ini dengan program yang ada di Kemendikbud.Pasalnya, saat ini di Ditjen Dikmen, Pendidikan Dasar (Dikdas), dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ada pelatihan karya tulis bagi guru yang mau meraih status golongan PNS IVA ke IVB.�Ini yang akan kita latih dan akan disinkronkan dengan pelatihan yang dibuat Agupena,�terangnya.

Plt Dirjen PAUD dan Non Formal Informal (PAUDNI) ini mengungkapkan, karya tulis mereka selain untuk menaikkan pangkat juga akan menjadikan profesi guru tersebut menjadi penulis buku.Kemendikbud juga akan meningkatkan jumlahnya pada lomba karya tulis yang digelar setiap 17 Agustus. Hamid menjelaskan, pelatihan yang diberikan Kemendikbud sendiri memang masih dibatasi berdasarkan kuota. Dirinya juga mengakui distribusinya masih belum merata dengan baik dan terpusat di kota tertentu yang kebanyakan ada di Jawa Barat.

Hal ini terjadi karena ada inisiatif sendiri dari pemerintah daerahnya.Akan tetapi, Kemendikbud akan mengubah pola distribusi ini, sehingga inisiatif akan ditampung namun akan mendorong juga kabupaten kota yang potensinya tidak terlalu bagus. Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo mengakui masih banyak guru yang belum mampu membuat karya tulis. Namun, hal itu terjadi karena pemerintah memang tidak menyediakan pelatihan menulis secara memadai.

�Di LPLG itu tidak disiapkan sehingga guru SD, PGA, D-1 dan D-2 itu memang tidak siap karena tidak dibimbing secara khusus,� ujarnya. Anggota Komite III DPD ini menyebutkan, ironisnya tanpa bimbingan khusus, lalu guru yang sudah lulus dan bekerja itu malah dituntut untuk membuat karya tulis tersebut oleh Kemendikbud
. neneng zubaidah

Rabu, 30 November 2011

PGRI Minta Standar Gaji Guru Honorer

Rabu, 30 November 2011 | 14:46 WIB

TEMPO.CO, Bogor - Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistio meminta pemerintah menetapkan standar minimum gaji guru honorer. "Kami berharap guru honorer diangkat, tapi itu berat," katanya saat memberi sambutan pada peringatan Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun ke-66 PGRI di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Rabu 30 November 2011.

Sulistio menyampaikan aspirasi para guru ini di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menghadiri acara itu. Dia berterima kasih kepada pemerintah karena menaikkan anggaran pendidikan hingga 20 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Namun kebijakan menaikkan anggaran itu tak diiringi dengan kebijakan untuk guru honorer. Tak adanya standar gaji guru honorer membuat gaji guru-guru yang belum diangkat jadi pegawai negeri ini tak jelas dan beda-beda tiap sekolah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah berjanji akan mengangkat guru honorer sebelum 2015, tapi tak ada pembicaraan soal standar gaji guru honorer. Syaratnya, harus sarjana strata 1 atau D-4 dan mengantongi sertifikasi guru. Setelah 2015 tak ada lagi guru yang bukan sarjana.

Pengangkatan guru honorer itu dilakukan bertahap. Tahun ini 160 ribu guru honorer diangkat. Tahun depan jumlah naik dengan mengangkat 720 ribu guru menjadi pegawai negeri sipil. Karena itu pada 2015 anggaran tunjangan profesi naik menjadi Rp 60 triliun.

Guru Honorer Bisa Diangkat Jadi PNS, asal...

JAKARTA, KOMPAS.com —(Senin, 28 November 2011 ) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, pemerintah terus berupaya menjamin kesejahteraan para guru, baik guru pegawai negeri sipil, guru swasta, maupun guru-guru honorer. Oleh karena itu, kata dia, terdapat kebijakan mengenai tunjangan profesi dan bantuan untuk guru nonpegawai negeri sipil (non-PNS).

Akan tetapi, guru-guru non-PNS, khususnya para guru honorer, baru menerima seluruh tunjangan tersebut jika memenuhi dua syarat utama, yaitu kualifikasi dan kompetensi.

"Persoalannya bukan sebatas diangkat atau tidak diangkat, melainkan apakah guru-guru honorer itu memenuhi dua syarat utama," kata Nuh, akhir pekan lalu di Jakarta.

Persoalannya bukan sebatas diangkat atau tidak diangkat, melainkan apakah guru-guru honorer itu memenuhi dua syarat utama
-- M Nuh


Syarat kualifikasi, Nuh menjelaskan, apakah para guru honorer sudah menempuh jenjang pendidikan D-4 atau S-1. Jika belum, maka guru-guru honorer tidak akan bisa diangkat menjadi guru PNS karena tersandung oleh undang-undang tentang guru dan dosen, yang mensyaratkan guru PNS harus dan telah menempuh program pendidikan D-4 atau S-1.

Syarat kedua agar diangkat menjadi guru PNS, lanjutnya, para guru honorer terlebih dahulu harus lulus uji kompetensi. Tanpa uji kompetensi, menurut Nuh, hasil dari pengangkatan dikhawatirkan akan mengorbankan para peserta didik karena berkaitan dengan kualitas pengajar.

"Apa kita rela para siswa diajar oleh guru yang tidak kompeten? Terlebih jika peserta didik itu adalah anak kita. Saya ingin memenuhi harapan mereka, tetapi harus dipenuhi juga syarat utamanya. Jika memenuhi, maka pasti kami angkat karena kita masih membutuhkan banyak guru," ungkapnya.

Untuk mempersiapkan guru yang bermutu, saat ini ada sekitar 3.500 calon guru yang tengah dididik secara khusus. Para calon guru tersebut adalah mereka para mahasiswa semester ketujuh dan kedelapan yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Mahasiswa para calon guru tersebut adalah mereka yang mendapatkan beasiswa setelah lolos serangkaian tahap seleksi.

"Mahasiswa para calon guru tersebut telah kami asramakan agar pendidikannya lebih optimal, layak, dan siap diterjunkan. Kenapa kami ambil mahasiswa semester akhir? ini karena mereka akan segera lulus, dan kita sudah terdesak oleh kebutuhan," kata Nuh

2012, Distribusi Guru Libatkan Lima Kementerian

JAKARTA, KOMPAS.com (Minggu, 27 November 2011)— Mulai Januari 2012, lima kementerian sepakat untuk melakukan penataan dan pemerataan guru pegawai negeri sipil (PNS). Hal itu dilakukan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan yang merata di seluruh Indonesia.

"Kesepakatan lima menteri ini sudah ditandatangani melalui peraturan bersama. Ini tindak lanjut dari instruksi Presiden mengenai regulasi pemerataan distribusi guru yang menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh, Jumat (25/11/2011) di Kemdikbud, Jakarta.

Lima kementerian itu adalah Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB), Kemdikbud, Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Kementerian Agama (Kemenag).

Menurut Nuh, tujuan perumusan peraturan bersama ini adalah meningkatkan mutu pendidikan di seluruh Indonesia. Dengan demikian, kebutuhan guru, khususnya pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan anak usia dini nonformal dan informal (PAUDNI) dapat terpenuhi.

"Dengan diberlakukannya desentralisasi pemerintahan, daerah perlu melakukan pengelolaan guru dengan lebih cermat lagi, terutama dalam masalah perencanaan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaan guru," ujarnya.

Nuh mengakui, persoalan distribusi guru hingga kini masih timpang sehingga terkesan bahwa persoalan mendasar tentang guru ada pada kekurangan jumlah yang bersifat menahun.

Padahal, lanjut Nuh, fakta menunjukkan bahwa rasio guru-siswa Indonesia terbilang sangat cukup, bahkan cukup baik, jika dibandingkan dengan beberapa negara maju lainnya. Namun, pendistribusian guru belumlah merata.

"Penataan ini jadi penting karena jumlah guru yang memasuki masa pensiun hingga 2014 cukup besar, sementara rasio guru-siswa cukup baik. Semua memerlukan perencanaan yang matang," ujarnya.

Nuh mengatakan, peraturan bersama tentang penataan dan pemerataan guru PNS tak hanya mengatur tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Peraturan tersebut juga mengatur soal sanksi bagi yang tidak melaksanakannya.

"Sanksi akan diberikan kepada daerah yang tidak melakukan penataan dan pemerataan guru yang berpegang pada rekomendasi Kemdikbud," ungkapnya.

Sanksi itu, lanjut Nuh, bisa berupa penghentian sebagian bantuan finansial fungsi pendidikan. Kemdikbud akan memberi rekomendasi kepada Kemdagri untuk menjatuhkan sanksi kepada bupati/wali kota atau gubernur yang melakukan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di daerahnya.

Sementara itu, Kemenpan dan RB akan menunda pemberian formasi guru PNS kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi sesuai ketentuan.

Adapun Kementerian Keuangan akan memberi sanksi berupa penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai ketentuan yang berlaku.
 


Jumat, 18 November 2011

Sertifikasi Profesi Bakal Singkirkan Guru Senior

JAKARTA (Suara Karya): Rencana uji kompetensi bagi para guru untuk mendapat sertifikasi profesi pada tahun 2012, dinilai Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo bakal "menyingkirkan" guru berusia diatas 50 tahun. Pengalaman selama ini menunjukkan guru senior sering kesulitan dalam mengerjakan soal ujian.

"Semakin tinggi usia semakin sulit untuk mengingat. Ini alamiah. Saya khawatir, guru usia diatas 50 tahun banyak yang tak lulus kompetensi," kata Sulistiyo kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (15/11).

Menurut Sulistiyo, pelaksanaan uji kompetensi tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 74 Tahun 2008 tentang Guru. Dalam PP tersebut ada kewajiban bagi pemerintah untuk memberi pelatihan dan pembinaan bagi guru. Seharusnya pemerintah melakukan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu, baru melakukan uji kompetensi.

"Uji kompetensi sebenarnya buat apa. Uji semacam itu hanya cocok bagi guru usia muda. Karena itu, kita lihat saja apakah uji kompetensi pada 2012 ini berhasil atau tidak.

Tetapi jika uji kompetensi hanya untuk mengendalikan jumlah penerima tunjangan sertifikasi, ini sudah tidak benar," katanya menegaskan. Ia menambahkan, penentuan sertifikasi harus dilakukan berdasarkan sejumlah kriteria, yaitu dimulai dari usia. Namun, bagi guru diatas 50 tahun dana ujian kompetensi sebaiknya dialihkan untuk pelatihan dan pembinaan agar kualitas mereka semakin baik.

"Kalau guru diatas 50 tahun tidak lolos seleksi, lantas mau dikemanakan mereka. Mereka tak perlu ikut seleksi lagi, tetapi langsung mendapat sertifikat. Nah guru dibawah 50 tahun saja yang diwajibkan untuk ikut uji kompetensi," tuturnya.

Kendati demikian, Sulistiyo tetap setuju jika sistem sertifikasi tahun 2012 dilakukan secara online. Artinya, lanjut dia, penetapan urutan itu bukan lagi kewenangan kabupaten/kota tetapi sudah diatur oleh pemerintah pusat.

"Tapi sayangnya, banyak ditemukan bahwa banyak guru yang bawa data ke petugas dinas, namun petugas tersebut tidak mau meng-update data guru tersebut. Disinyalir para petugas meminta uang kepada para guru untuk biaya update," katanya menandaskan. (Tri Wahyuni)
Ujian Kompetensi Tulis Belum Diketahui Guru

Semarang, CyberNews. Ujian kompetensi tulis sebagai salah satu faktor perubahan sistem sertifikasi pada jalur pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) belum banyak diketahui oleh guru. Para pendidik yang akan mengikuti sertifikasi melalui jalur PLPG pada 2012 mendatang mengharapkan sosialisasi atau informasi terkait perubahan tersebut baik dari dinas pendidikan, LPTK, maupun organisasi profesi guru.

Ujian kompetensi tulis untuk jalur PLPG yang akan menguji kemampuan atau kompetensi profesional dan pedagogik ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 mendatang, sementara proses sertifikasi dilakukan Mei hingga Agustus 2012. Akan tetapi, menurut pengakuan sejumlah guru yang akan menjadi peserta sertifikasi mereka belum mengetahui informasi mengenai ujian kompetensi tersebut.

Dwi Indarwati (34) mengaku, dirinya belum mendapat informasi tentang ujian kompetensi tulis tersebut. Sebab, hingga saat ini dia hanya mempersiapkan untuk proses PLPG saja.

"Untuk proses PLPG saya menyiapkan tentang bagaimana membuat silabus, rencana praktek pembelajaran, dan penelitian tindakan kelas. Namun, kalau soal ujian tulis saya tidak tahu," ungkap guru SMP Filial 23 Wonoplumbon Semarang ini.

Dwi yang telah mengabdi sebagai pendidik sejak 2001 ini sudah mencari tahu melalui website, tapi syarat atau ketentuan mengenai ujian tulis belum ada. "Dengan waktu yang sangat mepet ini, seharusnya kebijakan tersebut sudah disampaikan kepada calon peserta sertifikasi. Caranya bisa melalui website atau dinas pendidikan dapat memberi tahukan secara tertulis," tutur guru Matematika ini.

Akan tetapi, Dwi menyarankan lebih baik diinformasikan secara tertulis, mengingat tidak semua guru calon peserta sertifikasi 2012 yang akan melaksanakan ujian tulis berada di sekolah tengah kota. Pasalnya, di sekolah filial di mana dia mengabdi akses untuk internet sangat sulit sekali, sehingga surat atau informasi tertulis akan lebih efektif.

Setali tiga uang dengan Dwi, Irno Prakosa (30) juga menyampaikan, persiapan mengikuti sertifikasi PLPG sudah dilakukannya. Namun, informasi tentang ujian tulis baru diketahui beberapa hari yang lalu melalui media massa.

"Saya tahu informasi akan ada ujian tulis sebelum PLPG dari kawan dan membaca koran. Akan tetapi, setelah saya cek di LPTK info, syarat, atau ketentuan itu belum ada. Hal ini tentu saja membingungkan, mengingat waktu PLPG 2012 sebentar lagi," kata guru IT SMA 7 Semarang ini.
Jepang Buka Beasiswa Bagi Guru Indonesia

VIVAnews - Kedutaan Besar Jepang membuka penawaran beasiswa pemerintah Jepang Monbukagakusho untuk tahun akademik 2012. Kesempatan terbuka bagi para guru Warga Negara Indonesia (WNI) yang ingin memperdalam bidangnya sebagai mahasiswa program penataran guru non gelar di berbagai universitas di Jepang.

Berdasarkan pernyataan dari Kedutaan Besar Jepang yang diterima VIVAnews, Senin 7 November 2011, lama waktu belajar nantinya akan berjalan selama 1,5 tahun terhitung sejak bulan Oktober 2012. Durasi tersebut sudah termasuk enam bulan belajar bahasa Jepang.

Persyaratannya, pelamar adalah lulusan D4 atau S1 dan harus berusia di bawah 35 tahun pada tanggal 1 April 2012. Selain itu, pelamar merupakan guru yang mengajar secara aktif di SD, SMP, SMA, dan telah mengajar lebih dari lima tahun di lembaga pendidikan formal pada tanggal 1 April 2012.

Keterangan lebih lanjut mengenai beasiswa Monbukagakusho dapat diperoleh di Kedubes Jepang (bagian Pendidikan, 021-31924308 ext. 175/176); Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya, Denpasar, Medan; serta Kantor Konsuler Jepang di Makassar.

Dokumen beasiswa juga dapat diunduh dari situs web Kedubes Jepang di http://www.id.emb-japan.go.jp/ Dokumen lamaran sudah harus diterima oleh Kedubes Jepang bagian Pendidikan sebelum tanggal 27 Januari 2012, dapat diserahkan secara langsung atau dikirim melalui pos.

Rabu, 21 September 2011

Info S-2 dan D-4

Informasi Program

PROGRAM S2

Jurusan
Magister Teknik opsi Teknologi Media Digital dan Game

Biaya Pendidikan
Total biaya Pendidikan sebesar Rp. 37.000.000,-/degree

Persyaratan

Latar Belakang Pendidikan Sarjana Teknik, Sarjana MIPA dan Sarjana Pendidikan Bidang Teknik dengan IPK>2,75 (untuk mendapatkan beasiswa, IPK minimal 3.00)
Fotokopi Ijasah Tingkat Sarjana yang telah dilegalisir.
Fotokopi Transkrip Akademik Tingkat Sarjana yang telah dilegalisir.
Memiliki Score English Language Profiency Test (ELPT) mininmal 80
Memiliki Score Potensi Akademik dari Oto Bappenas (TPA) 485
Surat Keterangan Sehat dari dokter.
Surat Ijin dan Rekomendasi atasan bagi calon yang diusulkan oleh instansi.
Bukti pembayaran


Informasi Schedule

Pendaftaran: 19 September – 31 Oktober 2011 melalui web seamolec.org
Persiapan Tes Tahap 1: 3 - 7 November 2011 dibimbing oleh dosen ITB, dengan biaya pembimbing ditanggung oleh SEAMOLEC.
Seleksi Tahap 1: 8 - 9 November 2011 (Tes Materi, ELPT, Tes TPA dan Wawancara)
Persiapan Tes Tahap 2: 10-14 November 2011 dibimbing oleh dosen ITB, dengan biaya pembimbing ditanggung oleh SEAMOLEC.
Seleksi Tahap 2: 15-16 November 2011 (Tes Materi, ELPT, Tes TPA dan Wawancara)

Keterangan
- Biaya Akomodasi, Konsumsi dan transportasi ditanggung oleh masing-masing calon mahasiswa.

Biaya Pendaftaran dan Seleksi
Biaya: Rp 725.000 dengan perincian sbb :

Biaya pendaftaran Rp 400.000
Biaya Tes ELPT Rp 75.000
Biaya TPA Rp 250.000

Biaya Seleksi dibayar selambat-lambatnya tanggal 31 Oktober 2011 via Bank BNI Rekening BNI Cabang Perguruan Tinggi Bandung
No. 0074113644
a.n. Adis Suwardi QQ Yati Suyati :
Dengan bukti pembayaran di-faks ke 022-2534217 atau discan dan dikirim via email ke Contact Person ITB atau SEAMOLEC.

Skema Beasiswa berasal dari kerjasama :
1. KEMDIKNAS – BPKLN
2. SEAMOLEC

Informasi lebih lanjut:

Contact Person ITB
Adis Suwardi (adis@lskk.ee.itb.ac.id)
Yati Suyati (yati@lskk.ee.itb.ac.id)
Aca Sutardi (aca@lskk.ee.itb.ac.id)
Lab. Sistem Kendali dan Komputer
Sekolah Teknik ELektro & Informatika
Institut Teknologi Bandung
Tel: +62-22-2500960
Fax: +62-22-2534217

Contact Person SEAMOLEC
Rahman Faisal (faisal@seamolec.org, 085691208905)
Timin (timin@seamolec.org, 081394444984)
SEAMEO SEAMOLEC
Kompleks Universitas Terbuka
Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe,
Pamulang 15418 PO Box 59/CPA,
Ciputat, Jakarta INDONESIA
Phone: (62-21) 7422184,
Fax: (62-21) 7422276



PROGRAM D4

Jurusan

D4 Teknik Komputer Jaringan
D4 Teknik Media Digital
D4 Animasi
D4 Teknik Informatika Kesehatan

Biaya Pendidikan

Total biaya Pendidikan sebesar Rp. 15.000.000,-/degree

Persyaratan

IPK Minimal 2,75 ( Untuk mendapatkan bantuan biaya pendidikan sebesar Rp. 7.500.000,- memiliki IPK Minimal 3.00 dengan kuota terbatas )
Berlatar belakang lulusan D3/ S1 Jurusan TKJ, Manajemen Informatika, Teknik Elektro dan setingkat atau lulusan jurusan IT, Teknik Elektro dan setingkat/ relevan
Fotokopi Ijasah Tingkat D3/ Sarjana yang telah dilegalisir.
Fotokopi Transkrip Akademik Tingkat D3/Sarjana yang telah dilegalisir.
Surat Keterangan Sehat dari dokter.
Surat Rekomendasi atasan bagi calon yang diusulkan oleh instansi/Sekolah.
Surat rekomendasi tempat magang.
Curriculum Vitae


Informasi ScheduleD4 ITB Batch 5

Pendaftaran: 19 September – 14 Oktober 2011 melalui web seamolec.org
Seleksi: 19 September – 14 Oktober 2011 Di masing-masing politeknik oleh Tim SEAMOLEC
Pengumuman: 28 Oktober 2011 di web SEAMOLEC
Daftar Ulang: 3-4 November 2011 di LSKK ITB
Pembukaan: 5 November 2011 di LSKK ITB
Matrikulasi: 7 November 2011 – 7 Februari 2012 di SEAMOLEC

Ket : Batch 6 dan 7 direncanakan tahun 2012

Biaya Pendaftaran/Seleksi
Biaya pendaftaran sebesar Rp. 300.000 (tiga ratus ribu rupiah) melalui PIC di masing-masing Politeknik atau ditransferkan ke:

Bank Mandiri Cabang Pondok Cabe
No Rek : 128-00-0607-468-3
a.n Bendahara SEAMOLEC DEPDIKNAS
Untuk infromasi lebih lanjut hubungi:

Rahman Faisal: faisal@seamolec.org / 085691208905
Abdul Rizal Adompo: abdulrizal@seamolec.org / 085782029845
Timin: timin@seamolec.org / 08139444498

Rabu, 22 Juni 2011

Rangking Berapa Kamu?

Republika, Selasa, 21 Juni 2011 15:28 WIB

"Ranking 29," Hani menjawab sambil lalu ketika Anto, kawan sekelasnya yang juga juara kelas, kawan sekelasnya yang diam-diam Hani menaruh hati padanya, bertanya rangking berapa kepada Hani. Ya, ranking 29 dari 42 anak termasuk sedang saja, tidak terlalu buruk tidak juga terlalu bagus.

Di situasi yang lain, "Ranking ke-3," jawab Andy acuh tak acuh, sambil mengunyah sepotong keripik kentang di meja, ketika ibu bertanya tentang rankingnya Andy. " Haa?? Pandainya anak ibu, ranking 3 nak..?" ibu dengan tangan masih bau bawang ingin mencium pipi Andy, namun Andy malu, sudah besar, sudah kelas enam.

"Aku juga ranking tiga, sama kayak kamu, Ndy, tapi… dari belakang…" teriak Bondan, kawan sekelas Andy yang terkenal sakit-sakitan terus, sakit hati, sakit gigi, sakit malas, sakit ngilu, sakit perut, pokoknya dalam seminggu pasti ada paling kurang dua kali sakit.

"Ranking berapa..?" pertanyaan yang begitu marak terdengar ketika musim pembagian raport. Dan biasanya semua orang tua sibuk menutupi, berjalan cepat-cepat, pura-pura ada kesibukan lain diluar ketika jam pengambilan raport, segera berlalu dari sekolah bila ranking anaknya menduduki peringkat paling bawah. Malu jika ada yang bertanya dan malu juga punya anak seperti yang menduduki peringkat terakhir. Siap-siap menahan amarah dan pikiran melayang, menyalahkan si anak, menyalahkan handphone yang keburu diberikan, menyalahkan laptop yang dimainkan si anak siang dan malam. Selain itu juga menyalahkan pemerintah yang membolehkan facebook dan twitter masuk Indonesia, menyalahkan suami yang tidak mau membantu mendidik anak, menyalahkan si anak yang keras kepala, malas belajar dan maunya main melulu. Setelah itu, terakhir menyalahkan gurunya karena dianggap tidak bisa mengajar.

Ketika sampai di rumah, sang anak mengelak dengan mengatakan, "aku sudah belajar sungguh-sungguh, soalnya saja yang terlalu susah, aku gak nyontek, kawan-kawanku dapat nilai bagus karena mereka menyontek.

Oh, mengapa ranking menjadi begitu bermasalah buat para orang tua. Sekedar kepuasan untuk mengetahui anaknya ada di peringkat yang mana atau untuk mengetahui anaknya dibandingkan dengan kawan-kawannya ada disebelah mana. Sungguh, ranking begitu menentukan harga diri seseorang bila terlalu dipikirkan. Padahal setiap anak memiliki kelebihan dan kehebatan masing-masing, bisa jadi dia buruk dari sisi pelajaran akademik namun menonjol dari sisi lain.

Lihat Bill Gates, kabarnya sekolah saja tidak selesai, namun sekarang menjadi orang yang termasuk terkaya di dunia. Tentulah dia memiliki kelebihan lain yang membuatnya bisa menjadi 'orang'. Namun tidak lulus sekolah dan menjadikan Bill Gates sebagai panutan juga tidak betul, karena sekolah adalah bagian dari learning process, menyelesaikan sekolah adalah bagian dari menyelesaikan sebuah masalah, belajar menghadapi masalah sampai akhir, sampai tuntas, suka maupun terpaksa.

Kita harus mengerti bahwa setiap anak berbeda. Ranking dalam pelajaran akademik tidaklah menentukan berhasil atau tidaknya si anak ketika sudah dewasa nanti. Marilah kita lihat sisi positif lain dari si anak, apakah kelebihannya betul-betul tidak ada..? pikirkan dan renungkanlah sebelum mengecam dengan kalimat, "apa yang bisa ibu banggakan darimu..?" Mungkin si anak tidak pandai matematika, namun coba lihat baik-baik isi raportnya, siapa tahu pelajaran art si anak dapat nilai paling tinggi, maka sisi itulah yang bisa dibanggakan atau pelajaran agama islam dapat nilai paling bagus karena si anak interest terhadap cerita-cerita nabi dan hanyut dalam cerita-cerita tersebut, sementara nilai yang lain maksimal 6 atau 7, oleh karena itu ada baiknya orang tua berbangga bahwa anaknya memiliki kemampuan dalam menghayati sebuah kisah. Baiknya kita lihat pelajaran yang nilainya lumayan bagus yang didapat si anak, olahraga kah ataukah IPS? maka hal itulah yang sebetulnya sesuatu yang dapat dibanggakan.

Bila pada akhirnya orang tua tidak menemukan nilai yang bagus sekalipun dalam raport sia anak, maka ingatlah bahwa mungkin si anak termasuk anak yang penurut. Jika si anak disuruh jangan main diluar ketika hujan, maka dia segera masuk rumah atau ketika kawannya ada yang merokok maka dia tidak merokok atau ketika kita sakit, dia bergegas memijat kaki kita atau ketika kita pulang kerja lelah, dia satu-satunya anak yang bergegas mengambil minuman.

Maka, hati-hatilah dengan kata-kata, "apa yang bisa ibu banggakan darimu..???," karena hal tersebut dapat membuat sang anak akan menjadi sedih dan merasa sebagai pribadi yang tidak berharga..

Minggu, 19 Juni 2011

Hasil Pemilihan Guru Idola Asik

Ahmad Nizam B Raih Juara I
Radar Tegal, Thursday, 16 June 2011
TEGAL – Setelah melalui beberapa tahapan, pemilihan Guru Idola Asik 2011 memasuki babak final. Dengan disaksikan peserta, siswa serta penonton, Kamis (16/6) digelar final Awarding Guru Idola Asik yang dihelat di Atrium Hall, Pacific Mall Kota Tegal. Dalam ajang pamungkas tersebut, sejumlah pelajar dari beberapa sekolah di Kota dan Kabupaten Tegal, Brebes serta Pemalang menunjukkan kemampunnya di atas panggung dengan bernyanyi, bercerita hingga mempertontonkan aksi memikat dalam dancer. Kegiatan yang digagas Telkomsel dengan menggandeng Event Organiser Dian Swara Production dan Radar Tegal berhasil menempatkan Ahmad Nizam B dari Brebes sebagai Juara I dan berhasil menjadi Guru Idola Asik 2011 serta membawa pulang 1 unit TVS Neo.

Sementara Juara II diraih Ita Puspita Sari dari Suradadi yang berhasil membawa pulang uang tunai Rp 1,5 juta. Peserta yang tampil juga akan dinilai dan berhak mendapatkan hadiah yang telah disediakan. Dalam kesempatan tersebut diberikan juga hadiah kepada pemenang polling SMS dimana total SMS yang masuk mencapai 7.500 SMS dan 2.500 polling dari kartu pos.

Agus, salah seorang siswa yang ikut hadir dalam kegiatan tersebut mengaku jika pemilihan Guru Idola Asik yang digagas Telkomsel merupakan kegiatan yang sangat positif. Pasalnya, selama ini guru telah mendidik dan mencetak generasi muda dengan berbagai ilmu pengtahuan dan teknologi sehingga sudah selayaknya guru juga mendapat penghargaan yang layak. Ke depannya, pihaknya berharap agar kegiatan seperti ini bisa menjadi agenda tahunan sehingga jasa para guru akan selalu dikenang karena berkat gurulah tercipta generasi-generasi muda yang sarat akan prestasi.

Ahmad Nizam B yang berhasil mejadi Juara I mengaku senang karena bisa berkompetisi secara fair dengan peserta lain dari beberapa kota. Pihaknya juga mengucapkan terima kasih atas dukungan para siswa serta pembaca yang mengirimkan SMS maupun kartu pos sehingga dia bisa menjadi Guru Idola Asik 2011. Kepada Telkomsel yang menjadi penggagas kegiatan tersebut, pihaknya berharap agar bisa terus dilanjutkan sehingga semakin banyak guru yang berkesempatan untuk tampil dan mendapatkan hadiah. “Terima kasih atas dukungan semua pihak,” jelasnya. (gun)

Minggu, 22 Mei 2011

Di ITB Ada Kuliah Pasca Sarjana Game Gratis

Di ITB Ada Kuliah Pasca Sarjana Game Gratis
Kamis, 19 Mei 2011 | 11:43 WIB
TEMPO/Budi Yan
TEMPO Interaktif, BANDUNG --Institut Teknologi Bandung punya program pasca sarjana tentang game dan animasi. Kuliah mahasiswanya gratis hingga bergelar Magister Desain. Pembuatan karya riset tiap pesertanya pun didanai pemerintah.

Nama lengkap program Pasca Sarjana yang dibuka Program Studi Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ini Konsentrasi Desain Game, Animasi, dan Digital Media Desain. Kuliah utamanya tentang digital media desain. Penelitiannya terbagi ke game dan animasi, atau aplikasi digital.

Perkuliahan sebanyak 36 satuan kredit semester (SKS) berjalan selama 18 bulan. "Sekarang sudah ada tiga angkatan," kata Koordinator Program Intan Mutiaz, Kamis 19 Mei 2011. Pendaftaran peserta dibuka dua gelombang, pada April dan Juni.

Program hasil kerjasama ITB dan Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan Nasional itu kini menerima 25 peserta. Dua angkatan sebelumnya masih dibatasi, masing-masing hanya 10 orang. Mereka berasal dari kalangan guru SMA/SMK, praktisi, dosen, juga karyawan swasta.

Seluruh dana kuliah dari awal sampai lulus, ujar Intan, bisa gratis karena ditanggung pemerintah. Tujuannya beasiswa itu untuk menyiapkan tenaga pengembangan industri kreatif Indonesia. "Kami meminta komitmen peserta bersama untuk mengembangkan game, animasi, dan digital media di lingkungannya masing-masing, " ujarnya.

Saat ini, pengelola program sedang mengembangkan agar lulusannya mendapat ijasah ganda (double degree) dari ITB dan sejumlah universitas mitra seperti HBK Jerman dan Samyung University Korea. Dosen-dosen dari universitas tersebut ikut mengajar sebagai dosen tamu.

Salah satu karya mahasiswa pasca game dan animasi yang sempat dilihat dan dicoba Tempo yaitu Nitiki, saat dipamerkan di ITB pekan lalu. Game interaktif itu mengajak pemainnya memberi titik lewat ujung jari pada bidang kosong obyek berupa hewan yang muncul di layar. Titik itu pada bidang kemudian menjadi beragam isen atau pola batik yang memenuhi ruang kosong.

Menariknya, layar lebar game tersebut hanya terbuat dari akrilik bukan televisi besar. Game itu pun bisa dimainkan bergantian secara massal. Aplikasi multitouch dengan konten batik itu pernah menjadi juara INAICTA 2010.

ANWAR SISWADI

Kamis, 24 Maret 2011

Pemilihan Guru Idola Asik

Ditulis oleh Administrator, Radar Tegal.
Thursday, 17 March 2011
TEGAL – Pemilihan Guru Idola Asik memasuki tahap sosialisasi kepada peserta. Enam guru di Kota dan Kabupaten Tegal, Kamis (17/8) mendapatkan pengarahan serta masukan sekaligus dialog dengan perwakilan Telkomsel serta Dian Swara Production.

Lellyana Eva M dari Branch Purwokerto-Tegal Telkomsel mengatakan, dalam sosialisasi tersebut peserta mendapatkan penjelasan tentang tahapan pemilihan Guru Idola Asik. Sosialisasi dilakukan per wilayah untuk memudahkan peserta sehingga bisa menangkap apa yang akan disampaikan secara maksimal. Setelah di Tegal, sosialisasi serupa juga akan dilakukan di Pemalang pada Jumat (18/3) dan dilanjutkan di Brebes, Sabtu (19/3).

Guru Idola Asik digelar bertujuan mencari sosok guru idola untuk menumbuhkan rasa kecintaan murid kepada guru. Dengan demikian, diharapkan bisa mengangkat citra guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa sekaligus untuk memeriahkan dunia pendidikan dengan konsep acara yang berbeda. Kegiatan tersebut juga diharapkan bisa meningkatkan customer base Telkomsel dan Telkomsel School Community.

Dalam pemilihan Guru Idola Asik, ada beberapa tahpan yang harus dilalui peserta. Pertama, melakukan pendaftaran melalui Radar Tegal, seleksi administrasi, gathering Guru Idola Asik dan penayangan Guru Idola Asik di Radar Tegal. Selanjutnya, peserta melalukan kampanye guru idola, polling guru idola via kupon dan SMS serta awarding Guru Idola Asik.

Untuk Guru Idola Asik terfavorit I akan mendapatkan 1 unit sepeda motor TVS Neo. Guru terfavorit II mendapatkan uang tunai Rp 1,5 juta, kampanye terheboh mendapatkan uang tunai Rp 250 ribu, penampilan terbaik I Untukmu GIA mendapatkan uang tunai Rp 500 ribu. Untuk penampilan terbaik II Untukmu GIA mendapatkan uang tunai Rp 250 ribu, pengirim SMS terbanyak mendapatkan uang tunai Rp 300 ribu serta pengirim polling kartu pos terbanyak mendapatkan uang tunai Rp 300 ribu.

“Ada 25 guru yang akan berlomba menjadi Guru Idola Asik dengan dukungan rekan guru, siswa-siswi serta komunitas sekolah yang ada,” katanya. (gun)

Selasa, 22 Maret 2011

Guru Idola Asik Digelar

Guru Idola Asik Digelar

Radar Tegal, Sunday, 20 February 2011
TEGAL – Ajang Guru Idola Asik untuk memilih guru favorit oleh siswa-siswinya terus bergulir. Event kerjasama Radar Tegal dan Telkomsel yang memberikan hadiah utama berupa 1 unit sepeda motor TVS, uang tunai jutaan rupiah dan hadiah lainnya menjadi wadah bagi komunitas sekolah untuk memilih guru favorit.

Ari Muji Prasetyo, Spv Sales Tegal-Pemalang Telkomsel Sub Branch Tegal mengakui jika ajang Guru Idola Asik merupakan kegiatan yang banyak memiliki nilai positif. Sebagai tenaga pendidik, guru selama ini telah mencetak generasi-generasi penerus bangsa sehingga mampu meneruskan pembangunan melalui bidang keahlian masing-masing. Dengan Kartu As, komunitas pelajar di Tegal dan sekitarnya bisa membentuk School Community yang akan mendapatkan berbagai benefit. Dengan pemilihan Guru Idola Asik, program lanjutan yang akan memberikan nilai lebih bagi School Community sudah disiapkan seperti potongan harga atau diskon di sejumlah merchant, café dan sebagainya dengan menunjukkan logo Telkomsel di handphone pelanggan.

Peserta Guru Idola Asik merupakan guru SMP/SMA negeri maupun swasta di Kota dan Kabupaten Tegal, Brebes serta Pemalang. Peserta mengisi formulir pendaftaran yang ada dimuat di Radar Tegal. Untuk mendapatkan nomor pendaftaran, bisa melakukan registrasi melalui nomor Telkomsel baik itu Kartu Halo, Simpati maupun As. Caranya, ketik GIA#NAMA GURU#NAMA SEKOLAH#KOTA/KABUPATEN dan kirim ke 3938.

“Ini adalah kesempatan untuk mengapresiasikan guru favorit di sekolah masing-masing dalam pemilihan Guru Idola Asik,” katanya. Kiki Supradona, Event Organizer dari Dian Swara Production menuturkan, batas akhir pendaftaran diundur hingga akhir Februari 2011. Di bulan Maret, seluruh peserta akan dikumpulkan di Kota Tegal dan akan diberi waktu sebulan untuk mempromosikan kemampuan diri. “Untuk penjurian, akan dilakukan di bulan April 2011,” jelasnya. (gun)

Rabu, 16 Maret 2011

Kastanisasi Pendidikan RSBI/ SBI

Suara Merdeka, 16 Maret 2011

Kastanisasi Pendidikan RSBI/ SBI

  • Oleh Sumarno
KEBERADAAN sekolah unggulan berlabel rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI) kembali menuai kritik karena implementasinya jauh dari harapan publik, bahkan kental nuansa diskriminatif. Persoalan yang banyak mendapat sorotan terkait dua hal, yaitu soal pembiayaan dan kualitas. Pendanaan RSBI dan SBI paling besar bersumber dari orang tua siswa dan pemerintah pusat, sedangkan dari pemerintah daerah justru minim. Besarnya biaya yang dibebankan kepada orang tua siswa membuat RSBI/SBI hanya mengakomodasi kalangan orang kaya.

Sulitnya akses bagi anak dari masyarakat miskin masuk ke RSBI/SBI adalah wujud kastanisasi pendidikan. Kita bisa melihat alokasi pembiayaan, yaitu 50% untuk sarana dan prasarana, 20% untuk pengembangan dan kesejahteraan guru, dan 10% untuk manajemen sekolah. Di sisi lain, alokasi 20% untuk siswa miskin yang mendapatkan beasiswa tidak dipenuhi RSBI (Kompas, 10/02/11).

Dari sisi kualitas, RSBI/SBI belum menunjukkan mutu yang signifikan. Kendala utamanya adalah rendahnya kualitas guru. Seolah membenarkan dugaan publik, RSBI/SBI bermotif komersial belaka. Dengan RSBI/SBI, kepala sekolah mendapatkan tambahan penghasilan berupa tunjangan ataupun ’’keuntungan’’ atas proyek sarana dan prasarana. Guru memperoleh tambahan penghasilan dari tambahan jam mengajar yang lebih lama dari jam belajar normal seperti pada kelas reguler.

Dampak paling mencolok dari RSBI/SBI terjadi pada sekolah yang membuka kelas RSBI/ SBI sekaligus tetap membuka kelas reguler. Kelas RSBI/SBI lebih menguntungkan dan siswanya pilihan dan hal itu membuat kelas reguler terabaikan, sering terjadi jam pelajaran kosong tanpa guru. Bagaimanapun, secara makro kastanisasi itu memang terjadi.

Merevisi UU

Pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait dengan RSBI/SBI mengacu Ayat 3 Pasal 50 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Ayat tersebut mengamanatkan agar setiap daerah menyelenggarakan minimal 1 satuan pendidikan bertaraf internasional.

Padahal, implementasi dari Ayat 3 Pasal 50 dalam bentuk RSBI/SBI bertentangan dengan Ayat 1 Pasal 5 UU yang menyatakan, bahwa setiap warga negara mempunyai hak sama memperoleh pendidikan yang bermutu, dan Ayat 1 Pasal 11 yang menyebutkan layanan pendidikan bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.

UU Sisdiknas seolah melegalkan pengkastaan pendidikan, berarti melanggengkan sistem pendidikan zaman kolonial.
Sesuai Keputusan Raja (Belanda) 25 Sepember 1892, pendidikan rendah bagi anak-anak bumiputera dibagi dua macam. Pertama; sekolah kelas satu, yang pada 1914 menjadi Hollandsch-Inlandsche School. Sekolah untuk anak-anak tokoh masyarakat, pegawai pemerintah Hindia Belanda, dan orang-orang bumiputra terhormat lainnya. Kedua; sekolah kelas dua (De Scholen Der Tweede Klasse), untuk anak-anak bumiputera pada umumnya (Muhammad Rif’i: 2011).

Pembedaan sekolah ke dalam kelas-kelas menurut strata sosial menggambarkan soal kualitas dan biaya pendidikan. Persis dengan penekanan penggunaan Bahasa Inggris sebagai pengantar di RSBI/SBI karena pada zaman kolonial bahasa pengantar di sekolah juga dibedakan. Sekolah untuk anak-anak Belanda menggunakan Bahasa Belanda, sedangkan untuk anak-anak bumiputera di desa menggunakan bahasa daerah atau Bahasa Melayu.

Sudah 65 tahun Indonesia merdeka, menjadi negara berdaulat. Diproklamirkan dengan atas nama bangsa Indonesia. Tentu bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Tidak sepatutnya ada kebijakan negara membeda-bedakan di antara rakyatnya. Kebijakan RSBI dan SBI menabrak dua hal prinsip dalam pendidikan nasional, yaitu terkait pembiayaan dan kualitas. Dua hal itu menyimbolkan kastanisasi pendidikan. Seperti dilontarkan para pengamat pendidikan, untuk menghentikan RSBI/SBI, perlunya merevisi UU Sisdiknas.(10)

— Sumarno, Sekretaris Persatuan Guru Swasta Banten

Siswa Tak Paham Pendidikan Karakter

Suara Merdeka, 16 Maret 2011

Siswa Tak Paham Pendidikan Karakter

SEMARANG- Pendidikan karakter hingga kini dinilai belum diimplementasikan secara penuh. Masih banyak guru belum memberikan penanaman kebiasaan tentang hal mana yang baik. Akibatnya, peserta didik belum banyak yang paham perihal mana yang benar dan salah, mampu merasakan nilai yang baik, dan biasa melakukannya dalam aktivitas sehari-hari.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Pengembangan Profesi Guru Kemdiknas Dr Unifah Rosyidi MPd dalam Seminar Nasional Pendidikan Karakter yang diadakan BEM Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Semarang di aula lt VI kampus Jl Lontar Semarang, Sabtu (14/3).

Acara dimoderatori Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru SD Joko Suliyanto SPd MPd. Menurutnya, di era globalisasi semacam ini pendidikan karakter menjadi amat penting diajarkan guna menepis berbagai dampak negatif yang bisa memengaruhi watak dan moral peserta didik.

Dalam hal ini, guru menjadi penentu utama. Untuk itu, diperlukan guru yang berkompeten dan mampu membaca kondisi peserta didik. Harapannya, pembelajaran mengedepankan dialogis dan selalu ada interaksi dua arah.
Meski guru berperan sentral, kata Unifah, peran keluarga dan masyarakat sekitar tak bisa diabaikan. Seluruh stakeholder harus diberdayakan agar bisa berperan aktif dalam pendidikan karakter.
“Perilaku berkarakter harus dibina dan dikuatkan dengan penanaman nilai-nilai kehidupan agar menjadi budaya,” ungkapnya.

Perihal pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan, pihaknya memberikan panduan agar diintegrasikan ke dalam kegiatan belajar-mengajar setiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, olahraga, karya tulis, serta pembiasaan dalam kehidupan di satuan pendidikan.
“Perlu dicatat bahwa pendidikan karakter pada dasarnya bisa dilakukan melalui pembelajaran kontekstual, pengembangan budaya sekolah, kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah atau masyarakat,” tandasnya.

di keluarga

Di sisi lain, Dosen Universitas Negeri Yogyakarta Dr Suroso MPd MTh menjelaskan, pendidikan karakter yang pertama dan utama tidak dilaksanakan dalam pendidikan formal, melainkan dalam pendidikan informal di keluarga, baru meluas ke masyarakat dan bangsa.

Pendidikan karakter, tutur dia, tidak bisa dijadikan terobosan apalagi bersifat instan atau seketika.
“Pembentukan karakter yang mantap tidak muncul hanya dilakukan di sekolah. Namun, bisa dilakukan di sekolah dengan menyosialisasikan dan melakukan karakter utama seperti solidaritas, toleransi, penghargaan, kejujuran, dan tanggung jawab dalam masyarakat multikultural yang mencintai sesama,” ujarnya.

Cara efektif membangun karakter peserta didik, menurut Suroso, di antaranya dengan mengenalkan karakter tokoh dalam kitab suci, pembelajaran dari cerita rakyat, mengenalkan para tokoh melalui biografi, belajar dari kehidupan sehari-hari warga kurang mampu, dan media massa.
Selain itu, melaksanakan pendidikan karakter sesuai konteks budaya dan memantau terus perkembangan pendidikan karakter. (H70-37)