Sabtu, 06 April 2013

Gaji Istri untuk Apa dan Siapa? (2-habis)

Selasa, 19 Maret 2013, 10:19 WIB















REPUBLIKA.CO.ID, Pasangan suami istri saling bahu-membahu dan bekerja sama mencari nafkah. Meski demikian, tidak berarti suami abai atas kewajiban mencari nafkah. Islam tetap menekankan bahwa tugas ada di pundak suami. “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemam puannya. Dan orang yang dis em pitkan rezekinya hendaklah mem beri nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.” (QS Thalaq [65]: 7). Hal ini menempatkan keutamaan nafkah yang diberikan suami untuk segenap keluarganya lebih besar ketimbang infak untuk perang, memerdekakan budak, ataupun pemberian bagi orang fakir miskin.
Guru Besar Universitas Islam Ibnu Saud, Prof Aqil bin Abdurrahman, menyatakan hal yang sama bahwa hukum dasarnya suami tidak berhak campur tangan soal gaji istrinya. Namun, jika muncul perselisihan ter kait pendayagunaan gaji antarkedua belah pihak, hendaknya kembali ke kesepakatan awal di selesaikan dengan dialog komunikasi.
Lebih baik—dalam konteks suami istri berpenghasilan—menge depankan kerja sama antarkeduanya untuk menopang biaya hidup keluarga. Bila suami memberi izin istrinya untuk berkarier dengan syarat jumlah tertentu dari gaji itu untuk keperluan tertentu maka syarat tersebut harus dipenuhi sang istri.
Ini pun tetap dengan catatan istrinya itu merelakan. Jika tidak, sama dengan hukum awal, yakni tidak boleh. Ia mengingatkan agar suami tidak mengeksploitasi pasangannya dengan memainkan syarat-syarat Ingat, istri memiliki otoritas privasi terhadap harta yang ia peroleh keringatnya sendiri.

Gaji Istri Untuk Siapa ????????

Gaji Istri untuk Apa dan Siapa? (1)

Selasa, 19 Maret 2013, 10:11 WIB 

REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu ciri emansipasi wanita masa kini ialah keterlibatan mereka dalam dunia kerja dan mencari nafkah. Baik ketika masih hidup membujang ataupun sudah berstatus istri. Wanita karier yang masih lajang menggunakan gaji yang diperoleh biasanya untuk kebutuhan pribadi sehari-hari dan membantu keluarganya, seperti orang tua atau saudaranya.
Lalu, bagaimana jika yang bersangkutan menikah dan masih bekerja? Harus dikemanakan gaji yang ia dapat? Apakah suami berhak mengutak-utik penghasilan istrinya itu? Permasalahan ini memang sering memicu gesekan di kehidupan berumah tangga.
Mantan Deputi Kementerian Wakaf Mesir Syekh Manshur ar- Rifa’i Ubaid mengatakan, menurut hukum Islam, istri memiliki otoritas keuangan tersendiri. Seorang suami tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan pendapatan istri. Apa lagi, jika klausul ini menjadi syarat ketika akad nikah. Misalnya, calon istri yang juga wanita karier itu memberi syarat dalam akad nikah jika penghasilannya setelah menikah tak boleh diganggu gugat. “Gajinya tak boleh diganggu gugat,” katanya.
Larangan ini sesuai dengan ayat, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil.” (QS al-Baqarah [2]: 188).” Tetapi dalam hidup berumah tang ga mestinya apapun bisa dikomunikasikan. Seperti, kedua belah pihak saling memahami dan sepakat untuk mengalokasikan penghasilan tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka, dalam kondisi munculnya kesepakatan itu tak jadi soal.

Gaji

Gaji

Jumat, 22 Februari 2013, 02:00 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Syahruddin El-Fikri

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah khalifah pertama dalam Islam. Suatu hari, istrinya datang menemuinya dan menyatakan keinginannya untuk membeli manisan. Ia pun mengajukan hal itu kepada suaminya. Namun, Abu Bakar menjawab dirinya tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli manisan tersebut.

Gaji Abu Bakar sebagai khalifah sebesar 2.500 dirham per tahun (take home pay/THP). Jika dikonversi ke rupiah per 21 Februari 2013, gajinya setara dengan Rp 175 juta per tahun (kurs satu dirham sekitar Rp 70 ribu).

Dalam sebulan, Abu Bakar menerima gaji sebesar Rp 14.583.333. Sebagai khalifah, Abu Bakar memerintah wilayah kekuasaan Islam mulai dari Arab Saudi, Mesir, Irak, hingga Suriah.

Istrinya meminta izin kepada Abu Bakar untuk menghemat uang belanja sehari-hari dan menabungnya. Beberapa hari kemudian, ketika uang yang dikumpulkan dirasa telah cukup untuk membeli manisan, istrinya menyerahkan uang itu kepada Abu Bakar dan memohon agar dibelikan manisan.
Namun, bukannya membeli manisan, uang tersebut justru membuat Abu Bakar bersedih. Abu Bakar merasa uang tunjangannya terlalu banyak. Ia pun bergegas ke baitul mal dan mengembalikan uang yang sudah dikumpulkan istrinya.
Abu Bakar meminta pihak pengelola baitul mal agar mengurangi uang tunjangannya sejumlah uang yang bisa dihemat oleh istrinya. Namun, pengelola baitul mal tak diam begitu saja. Mereka mencoba merinci besaran gaji khalifah.
Setelah dihitung-hitung, gaji Abu Bakar sangat kecil, mereka pun kemudian menaikkannya menjadi 6.000 dirham per tahun atau 500 dirham per bulan. Tetap saja Abu Bakar tak setuju dengan kenaikan gaji itu. Ia malah mengembalikan uang sisa gaji per bulan ke kas negara (baitul mal).

Hal serupa juga dilakukan khalifah dari Dinasti Umayyah, Umar bin Abdul Aziz. Suatu hari, istri Umar memberinya sepotong roti. Roti itu sangat membangkitkan selera.
Ia pun bertanya kepada istrinya, asal muasal roti itu dan sumber dana yang digunakan. Umar bin Abdul Aziz selalu menjaga dirinya dari makanan yang tidak halal.

Istrinya menyampaikan bahwa roti itu dibuatnya sendiri dari uang yang didapatkan Umar sebagai khalifah. “Jumlahnya hanya 3,5 dirham dari uang yang aku sisihkan 0,5 dirham setiap harinya,” kata istrinya.

Mendengar hal itu, tenanglah hati Umar. Roti yang akan dinikmatinya berasal dari sumber yang halal. Namun ia tetap gelisah. Sebab, uang yang disisihkan istrinya sangat jauh dari cukup. Ia pun memanggil bendahara Baitul Mal agar mengurangi gajinya sebesar 0,5 dirham per harinya.

Bagi Umar, jika kebutuhan sehari-hari hanya tiga dirham, mengapa harus dibayar sebesar Rp 3,5 dirham. Kalau istilah sekarang, remunerasi-memberikan sesuatu yang lebih atas kinerja yang baik.

Demi menyenangkan istrinya, Umar berjanji akan mengganti harga roti yang dibuatkan istrinya itu dengan cara menjaga hati dan perutnya dari kekenyangan. Maksudnya, Umar bin Abdul Aziz akan menggantinya dengan berpuasa.

Umar menginginkan dirinya bisa tenang dari gangguan perasaan dan hawa nafsu, karena telah menggunakan harta yang berlebihan. Ia juga tidak ingin menggunakan uang umat demi kepentingan pribadi. Ia tidak ingin menikmati kesenangan, sementara rakyatnya dalam keadaan lapar. Wallahu a'lam. n



Ini Doa Terbaik Masuk Surga

Ini Doa Terbaik Masuk Surga

Minggu, 27 Januari 2013, 06:51 WIB

REPUBLIKA.CO.ID,  
Assalamualaikum wr wb

Ustaz, setahu saya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan sebaik-baiknya doa istighfar yang disebut dengan sayyidul istighfar. Hal yang ingin saya tanyakan, adakah doa yang paling baik un tuk memohon masuk surga dan mohon supaya dijauhkan dari api neraka?

Zainal Kautsar M, Banjarnegara

Waalaikumussalam wr wb
Sungguh Allah SWT sangat menyukai orang yang selalu berdoa penuh harap dalam meminta kepada-Nya. Dan, Allah menganggap sombong orang yang tidak berdoa dan meminta kepada-Nya. Allah SWT berfirman, “Dan, Tuhanmu ber firman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan diri dari menyembah- Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’.” (QS Ghafir [40]:60).

Doa untuk memohon surga dan agar dijauhkan dari siksaan neraka sangat banyak dan beragam redaksi yang dapat dipilih. Berdoa juga kalau tidak bisa dalam bahasa Arab dapat dila kukan dengan bahasa sendiri. Hal yang penting adalah kita berdoa dengan kesadaran sepenuh hati, kerendahan diri, dan penuh pengharapan kepada Allah SWT karena Allah Maha Mengetahui dan Maha mendengar. Di antara doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW adalah:

Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkannya doa ini: “Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu seluruh kebaikan, baik yang cepat (di dunia) maupun yang lambat (di akhirat), baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Dan, aku berlindung kepada-Mu dari seluruh kejelekan, baik yang cepat maupun yang lambat, baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan apa saja yang dimohonkan oleh hamba-Mu dan nabi-Mu (Muhammad SAW). Dan, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa saja yang dimohonkan perlindungannya oleh hamba-Mu dan nabi-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon pada-Mu surga dan setiap perkataan atau perbuatan yang mendekatkan kepadanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan dari setiap perkataan atau perbuatan yang mendekatkan kepadanya. Dan, aku mohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap ketentuan yang Engkau tentukan untukku adalah kebaikan.” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban).

Allah SWT dan Rasul-Nya juga mengajarkan bahwa dalam berdoa harus bertawasul dengan menyebut asma Allah yang agung karena dengan itu doa lebih cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Sambil tetap berhati-hati terhadap penyimpangan menggunakan asma-Nya. Allah SWT menegaskan, “Hanya milik Allah asmaul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A’raf [7]:180).

Dalam hadis Nabi Muhammad SAW dijelaskan, Dari Anas, ia berkata, “Saya pernah duduk bersama Rasulullah SAW dalam suatu halaqah, sedangkan seorang laki-laki melaksanakan shalat, dan ketika rukuk dan sujud, kemudian dia duduk dan membaca tasyahud, lalu ia berdoa dengan membaca, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dengan perantara bahwa Engkaulah pemilik segala puji, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau Maha Penyayang, pencipta langit dan bumi, ya Allah, Maha Gagah lagi Maha Mulia, ya Allah, Tuhan yang Mahahidup dan berdiri sendiri, ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu.’ Maka, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, ‘Apakah kalian tahu dengan apa ia berdoa?’ Mereka menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan nama-Nya yang agung yang jika orang berdoa kepada-Nya dengan nama itu maka akan dikabulkan-Nya dan jika orang me minta kepada-Nya dengan nama itu maka akan diberikannya.’” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Hakim).

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa ketika hendak berdoa kepada Allah SWT mulailah dengan memuji dan mengagungkan Allah SWT lewat asma-Nya kemudian mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan baru memohon keperluan kita.

Dengan memulai doa lewat memuji dan mengagungkan Allah SWT dan diikuti dengan penghambaan diri kepada-Nya serta pengakuan akan kekurangan dan kelemahan diri di hadapan-Nya maka itu tentu lebih baik daripada orang yang langsung meminta dan memohon keperluannya. Dan, itulah yang dilakukan oleh para nabi Allah, seperti Adam AS yang berdoa, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS al-A’raf [7]:23).

Wallahu a’lam bish shawab.

Kenali Tujuh Hijab Hati

Republika, Senin, 12 November 2012, 05:00 WIB

Assalaamualaikum wa rahmatullaahi wa barakatuhu

Sahabatku, mari kita kenali tujuh hijab hati agar kita dapat menjauhinya:

  1. "Azzunub", tumpukan dosa tanpa diiringi dengan kesungguhan bertaubat
  2. "Alwasikh" banyak makan dan minum haram
  3. "Aljahlu" sangat pintar ilmu dunia tetapi bodoh dan malas belajar Islam
  4. "Alhawa tutbau" Nafsu yang diperturutkan terus menerus, seperti minum air laut yang kesannya menghilangkan dahaga
  5. "Hubbuddunya", terlalu cinta dunia sehingga tidak peduli lagi halal dan haram
  6. "Alzhulmu" banyak orang yang telah disakiti
  7. "Asysyaithoonu rookibuhu" karena semua hal-hal tersebut diatas (1 s/d 6), maka dengan mudah syetan menundukkannya sampai tidak sadar manusia itu dalam kesesatan (QS 7:175).
Allahumma ya Allah bersihkan hati kami dari semua dosa, sombong, munafik, riya, ujub, berbagai penyakit, hijab hati dan ranjau syetan... Aamiin". 

Assalaamualaikum wa rahmatullaahi wa barakatuhu

Kamis, 04 April 2013

4 Strategi Sukses Hadapi UN 2013


4 Strategi Sukses Hadapi UN 2013

di tulis oleh admin, 03 April 2013 at 9:37 AM
Iluatrasi (ekaputriyudiana.blogspot.com)
Iluatrasi (ekaputriyudiana.blogspot.com)
MENJELANG Ujian Nasional (UN) 2013, siswa tahun akhir di berbagai jenjang terus mempersiapkan diri agar dapat menaklukkan berbagai soal yang diujikan sehingga dapat lulus dan tidak perlu mengulang. Namun, tanpa strategi persiapan yang tepat, hasilnya tentu tidak akan optimal pada saat ujian.
Pemerhati Pendidikan, Saufi Sauniwati, mengatakan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para siswa saat tengah mempersiapkan diri. Pasalnya, terkadang anak-anak belajar dengan “menghajar” semua materi yang ada tanpa strategi yang benar sehingga justru tidak fokus pada pelaksanaannya.

“Semuanya ada strategi. Materi yang akan diujikan itu banyak sekali. Kalau belajar tanpa strategi, efeknya saat UN nanti tidak baik,” kata Saufi saat Peluncuran Portal Latihan Ujian.com di FX Lifestyle Center, Jakarta, Selasa (26/3/2013).
1. Tak sekadar menghafalLangkah pertama adalah penguasaan bahan yang akan diujikan. Yang dimaksud pada penguasaan bahan ini bukan sekadar menghafal semua materi yang ada. Namun, agar lebih mudah, biasakan diri berlatih soal untuk mengaplikasikan rumus yang ada dengan tepat.
“Sekarang semuanya dihafal, tapi tidak pernah dipraktikkan. Saat harus mengaplikasikan, pasti akan ada kesulitan,” jelas Saufi.
2. Rajin evaluasi diri
Langkah kedua adalah rajin melakukan evaluasi diri. Ini berkaitan dengan latihan soal yang dilakukan oleh siswa. Latihan saja tidak cukup apabila tidak dievaluasi dengan baik. Evaluasi ini tidak hanya sekadar menilai benar dan salah, tetapi juga harus dievaluasi durasi pengerjaan soalnya.

3. Istirahat juga dong…
Langkah ketiga adalah membagi waktu antara belajar dan melepaskan penat. Saat menjelang UN, anak-anak biasanya belajar tiada henti dan ikut berbagai macam try out. Hal ini akan bermasalah jika tidak ada jeda untuk meregangkan pikiran dan dapat berakibat anak mengalami stress.

4. Berdoa
Langkah terakhir tentu saja berdoa agar diberi kelancaran. Tidak heran jika banyak sekolah yang kemudian menggelar doa bersama saat menjelang UN. Dengan berdoa ini, siswa dan guru dapat memperoleh ketenangan tersendiri sebelum dan saat UN.(KOMPAS.com)