Selasa, 27 Desember 2011

Banyak Guru Belum Pandai Mengajar

21 Dec 2011 | 0
Banyak Guru Belum Pandai Mengajar
JAKARTA - Peningkatan kemampuan guru yang dilakukan pemerintah, belum mampu menaikkan kemampuan mengajar pahlawan tanpa tanda jasa tersebut. Buktinya, masih ditemukan banyak guru yang belum pandai mengajar. Akibatnya, siswa kesulitan menerima materi.

Demikian diungkapkan Ketua Dewan Pembina Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Fasli Jalal di Jakarta kemarin (20/12). "Masih banyak guru yang belum pantas jadi guru sehingga kalau memang tidak lulus uji, perlu dicarikan profesi lain bagi mereka agar tidak mengganggu proses pendidikan," ujar Fasli.

Mantan wakil menteri Pendidikan Nasional tersebut menjelaskan, untuk memisahkan guru yang bagus dan tidak, sangat sulit. Salah satu caranya, pemisahan saat guru mengikuti pendidikan di Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK).

Dijelaskan Fasli, sertifikasi guru tidak menjamin bahwa kualitas orang yang memilikinya akan meningkat. Untuk itu perlu ada jaminan pelatihan guru profesi. "Salah satu meningkatkan profesionalisme adalah membuat karya tulis. Tulisan ilmiah tersebut pada akhirnya akan menjadi ajang tawar bagi guru tersebut untuk dapat menaikkan pangkatnya," katanya.

Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Hamid Muhammad menambahkan, Kemendikbud memang akan mensinergikan penulisan guru ini dengan program yang ada di Kemendikbud. Pasalnya saat ini di Ditjen Dikmen, Pendidikan Dasar (Dikdas) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ada pelatihan karya tulis bagi guru yang mau meraih status golongan PNS 4A ke 4B.

"Ini yang akan kita latih dan akan disinkronkan dengan pelatihan yang dibuat Agupena," terang Hamid.

Menurut Hamid, selain menaikkan pangkat, karya tulis akan menjadikan profesi guru tersebut menjadi penulis buku. Kemendikbud juga akan meningkatkan jumlahnya pada lomba karya tulis yang digelar setiap 17 Agustus. (cdl)

Penelitian Bisa Naikkan Jabatan Guru

Penelitian Bisa Naikkan Jabatan Guru

JAKARTA - Para guru disarankan untuk membuat karya tulis agar kenaikan jabatan dapat diraih secepat mungkin. Sayangnya masih sedikit sekali guru yang melakukan penelitian.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Fasli Jalal mengatakan saat ini ada 3,5 juta guru yang berada di bawah kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Kementerian Agama (Kemenag). Dia menyarankan, untuk mengembangkan profesionalisme guru, sebaiknya para guru membuat karya tulis yang dapat dikembangkan menjadi tulisan ilmiah.

�Sekarang ini (pangkat) mereka berhenti di golongan IIID dan IVA dan jumlahnya mencapai ratusan ribu. Bayangkan, itu bisa terjadi karena mereka tidak berani atau tidak mampu menulis karya ilmiah.Padahal,bisa saja mereka menulis dengan melihat perkembangan murid, rajin mencatat dan menjadi penelitian di tingkat kelas dan akhirnya diseriusi menjadi tulisan ilmiah,dan ini perlu bagi mereka untuk naik pangkat,� katanya dalam penyerahan hadiah kepada guru pemenang Lomba Penulis Artikel Ilmiah, di Jakarta kemarin.

Mantan Wamendikbud ini menyatakan,agar dapat memisahkan guru yang profesional dan tidak maka pemerintah harus menyaringnya pada Program Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebab masih banyak guru yang belum pantas jadi guru meski mereka mengikuti sertifikasi. �Untuk itu perlu ada jaminan pelatihan guru profesi, apakah PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru)-nya baik, sehingga 90 jam pelatihan itu betul-betul menghasilkan kompetensi yang baru bagi guru,� ungkap Fasli.

Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kemendikbud Hamid Muhammad menambahkan, pihaknya memang akan menyinergikan penulisan guru ini dengan program yang ada di Kemendikbud.Pasalnya, saat ini di Ditjen Dikmen, Pendidikan Dasar (Dikdas), dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ada pelatihan karya tulis bagi guru yang mau meraih status golongan PNS IVA ke IVB.�Ini yang akan kita latih dan akan disinkronkan dengan pelatihan yang dibuat Agupena,�terangnya.

Plt Dirjen PAUD dan Non Formal Informal (PAUDNI) ini mengungkapkan, karya tulis mereka selain untuk menaikkan pangkat juga akan menjadikan profesi guru tersebut menjadi penulis buku.Kemendikbud juga akan meningkatkan jumlahnya pada lomba karya tulis yang digelar setiap 17 Agustus. Hamid menjelaskan, pelatihan yang diberikan Kemendikbud sendiri memang masih dibatasi berdasarkan kuota. Dirinya juga mengakui distribusinya masih belum merata dengan baik dan terpusat di kota tertentu yang kebanyakan ada di Jawa Barat.

Hal ini terjadi karena ada inisiatif sendiri dari pemerintah daerahnya.Akan tetapi, Kemendikbud akan mengubah pola distribusi ini, sehingga inisiatif akan ditampung namun akan mendorong juga kabupaten kota yang potensinya tidak terlalu bagus. Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo mengakui masih banyak guru yang belum mampu membuat karya tulis. Namun, hal itu terjadi karena pemerintah memang tidak menyediakan pelatihan menulis secara memadai.

�Di LPLG itu tidak disiapkan sehingga guru SD, PGA, D-1 dan D-2 itu memang tidak siap karena tidak dibimbing secara khusus,� ujarnya. Anggota Komite III DPD ini menyebutkan, ironisnya tanpa bimbingan khusus, lalu guru yang sudah lulus dan bekerja itu malah dituntut untuk membuat karya tulis tersebut oleh Kemendikbud
. neneng zubaidah