Selasa, 19 Juni 2012

Keutamaan Shalat Tahajud

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein,  Jumat, 15 Juni 2012,  
           
Hiruk pikuk kejuaraan sepakbola Euro 2012 sudah dimulai. Sepekan terakhir, hampir setiap malam jutaan rakyat Indonesia menghabiskan waktu malamnya untuk menonton pertandingan bergengsi dari tim 16 negara-negara Eropa.

Maklum, pada perhelatan bergengsi ini, akan dipertontonkan pertandingan dengan bintang-bintang dunia, gaya permainan dunia dan yang utama sistem pertandingan fairplay. Permainan cantik dan kesolidan tim akan menjadi tontotan menarik bagi penggemar sepakbola.

Terlepas dari kenikmatan menonton pertandingan sepakbola, akan sangat disayangkan jika waktu malam hanya kita habiskan dengan menonton pertandingan sepakbola.

Sebagai umat Islam, sepertinya kita menyadari bahwa orang-orang yang menghabiskan waktu tanpa diiringi dengan ibadah, maka bukan termasuk golongan Rasulullah saw, dikarenakan telah melalaikan kenikmatan yang telah diberikan Allah swt. Sebagimana hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan Imam Bukhari, yang berbunyi:
“Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”. (HR. Bukhari)

Hadis itu menyiratkan, sebagai umat Rasulullah, sebaiknya kita tidak melalaikan kenikmatan waktu luang. Di tengah malam, di sela-sela pertandingan sepakbola Euro 2012, ada baiknya kita turut mengisi dengan salat malam.

Membiasakan shalat malam itu berarti mengajak diri kita masuk ke dalam golongan orang-orang shaleh, yang hatinya selalu berdampingan denganAllah swt. Sebagaimana Allah swt berfirman di dalam Alquran :

“Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.” (QS : Al-Isro’ : 79).
            
Sebelum diturunkannya kewajiban shalat lima waktu, shalat malam seperti shalat Tahajud merupakan shalat yang diwajibkan kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu, saat ini umat Islam selalu dianjurkan untuk mendirikan shalat malam seperti shalat Tahajud. 

Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: ”Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.” (HR Tirmidzi).

Dalam hadis yang diriwayat Imam Muslim, shalat di waktu malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardu.

“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” (HR. Muslim).

Bagi umat Islam, waktu malam bukan sekadar waktu tanpa penerangan matahari. Malam bagi Islam adalah waktu yang sangat berarti dan waktu yang diutamakan oleh Allah SWT.

Sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda: “Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pada sebuah hadis lain juga disebutkan, saat saat ijabah (dikabulkannya doa) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. ”Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”

Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :?“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya,” (HR Ahmad).

Mengakhiri tulisan ini, sungguh menyayangkan ketika waktu malam hanya kita habiskan untuk melihat kenikmatan dunia.

Ada baiknya turut kita isi dengan shalat malam sebagai bekal di dunia dan akhirat nanti, serta sebagai persiapan menghadapi bulan suci Ramadhan yang sebentar lagi akan tiba.

Senin, 11 Juni 2012

IGI: RSBI Tak Ada Gunanya, Lebih Baik Dihapuskan

Ahmad Toriq - detikNews
Rabu, 06/06/2012 13:51 WIB
Jakarta Sistem Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) digugat banyak pihak. Ikatan Guru Indonesia (IGI) menilai sistem itu tak ada gunanya dan lebih baik dihapuskan.

"Itu nggak ada gunanya, apa gunanya coba jelaskan ke saya? Selain cuma pelabelan" kata Direktur Riset dan Pengembangan Program IGI, Puti, saat berbincang di Kantor ICW, Jl Kalibata IV, Jakarta, Rabu (6/6/2012).

Menurut Puti, tak ada perbedaan yang nyata antara sekolah RSBI dengan sekolah biasa. Ia menilai sekolah RSBI hanyalah label yang disematkan oleh sekolah agar bisa menarik bayaran mahal ke siswa.

Adapun pemakaian bahasa Inggris yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di RSBI, Puti menganggap hal itu tak memberi dampak signifikan ke siswa. Selain sumber daya guru yang belum siap, ia berpendapat pemakaian bahasa Inggris membuat siswa kurang mendalami materi pelajaran.

"Tahu nggak pelatihan bahasa Inggris untuk guru-guru RSBI berapa lama? Cuma 3 hari sampai seminggu. Itu kan nggak benar," ujarnya berapi-api.

Lebih jauh, Puti menilai pihak yang paling dirugikan dari sistem RSBI adalah para siswa. Siswa yang tidak ikut RSBI dirugikan karena RSBI membuat perhatian pihak sekolah dan pemerintah terfokus pada segelintir anak yang ikut sistem.

"Yang ikut rugi juga, karena mereka tidak mendapatkan kualitas," tandasnya.

Puti menunggu putusan atas gugatan yang telah dilayangkan ke Mahkamah Konstitusi untuk membatalkan RSBI. Ia berharap agar MK mengabulkan gugatan itu.